Jadi, kapan sebaiknya sunat dilakukan?
Di Indonesia, praktik sunat biasanya dilakukan ketika anak laki-laki mencapai umur 5-7 tahun. Alasannya tidak lain karena di rentang usia tersebut, anak dianggap lebih mampu menahan nyeri. Namun para ahli justru menyarankan sunat dilakukan sejak anak masih berusia bayi.
Ya, para ahli medis menyarankan waktu terbaik untuk melakukan sunat adalah tujuh hari sampai dengan tiga bulan setelah bayi lahir. Alasannya adalah teknik yang dilakukan ketika melakukan sunat pada bayi menggunakan teknik yang lebih sederhana dibandingkan dengan sunat yang dilakukan ketika usia dewasa. Selain itu, luka pasca sunat pada bayi juga akan sembuh dengan lebih cepat sebab gerakan tubuh bayi masihlah sangat terbatas.
Justru, sunat yang dilakukan ketika anak memasuki usia sekolah dikhawatirkan akan membuatnya trauma. Penyebabnya tidak lain karena di usia tersebut, anak sudah bisa merasakan rasa sakit, nyeri, dan ngeri ketika disunat. Nah, perasaan inilah yang ditakutkan banyak pihak dapat menyebabkan trauma tersendiri bagi anak hingga ia dewasa kelak.
Selain itu, anak di usia sekolah dianggap sedang berada dalam fase di mana tubuh bergerak dengan lincah dan aktif. Akibatnya, sunat di umur ini akan membuat proses penyembuhan luka berjalan dengan lambat. Bahkan, anak akan lebih rentan mengalami pendarahan sebab luka sunat yang tidak kunjung kering
Bagi para pria, ini dia beragam manfaat sunat bagi kesehatan yang harus diketahui:
Menurunkan risiko infeksi saluran kemih.
- Menurunkan risiko terpapar PenyakitMenular Seksual (PMS), seperti gonore dan HIV.
Berdasarkan evidance penelitian dan rekomendasai WHO, perlu dipertimbangkan khitan pada pria utuk mengurangi resiko infeksi HIV yang dapat berkisar 60% pada masyarakat heteroseksual. Dengan demikian, khitan dapat mengurangi resiko paparan infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis ataupun gonorhea, hal ini dimungkinkan karena lapisan pelindung kepala penis dapat menjadi barier atau penghalang terjadi infeksi.
Namun, bukan berarti kita dapat melakukan seks secara bebas. Pencegahan HIV tetap harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, seperti:
1. menghindari hubungan seks bebas
2. menghindari hubungan seks tanpa pengaman
3. menghindari hubungan seks berganti pasangan
4. menhindari hubungan seks diluar nikah
5. hindari hubungan anal seks dan oral seks
6. hindari hubungan seks sesama jenis
Bila Anda belum melakukan khitan, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter keluarga Anda atau dokter bedah untuk perencanaan khitan. Namun bila Anda sudah berkhitan, Anda tetap harus menjaga kesehatan organ reproduksi untuk kesehatan kita dan anak-anak kita kelak.
- Menurunkan risiko terkena kanker penis
Mencegah timbulnya penyakitbalanitis (peradangan glans penis) dan balanoposthitis (peradangan kepala penis dan kulup).
Jadi kesimpulannya adalah melakukan khitan saat bayi adalah AMAN, namun harus mempertimbangkan metode dan cara perawatan yang benar .
Terimakasih 🙂
Flashcutter Turbo Pro Special UNICEFF / Alat Khitan / Alat Sunat
Belum ada komentar untuk Amankah Khitan Saat Bayi ?